Pak Tupai sibuk mengumpulkan makanan padahal begitu banyak makanan di dalam liangnya. Dilain pihak, Pak Tenggiling tidur melingkar di kasurnya.
Pak Tenggiling yang merasa terganggu tidurnya, membuka sebelah matanya dan bertanya pada Pak Tupai, "Mengapa engkau begitu repot Pak Tupai? Begitu banyak makanan di dalam lumbungmu, tapi engkau masih terus bekerja keras seperti itu."
Pak Tupai menjawab, "Ini adalah persediaan untuk musim dingin. Karena pada saat itu, tidak akan ada makanan untuk kita, Pak Tenggiling."
Pak Tenggiling merasa heran dan berkata, "Ah, engkau terlalu berlebihan. Hutan ini kaya akan makanan lezat. Kita tidak akan kehabisan makanan."
Tiba musim dingin.....
Tidak ada buah-buahan dan tidak ada tanaman yang tumbuh. Semuanya hanya hamparan putih tertutup salju.
Pak Tupai menghangatkan diri di perapian sambil memakan sedikit perbekalannya. Ia tidak mau terlalu rakus agar tersedia cukup makanan di musim dingin yang panjang. Sementara makan, ia mendengar seseorang mengetuk pintu. Rupanya Pak Tenggiling....
Pak Tupai : "Wahai Pak Tenggiling, mengapakah di musim dingin begini engkau tidak di dalam rumah dan memakan perbekalanmu saja?"
Pak Tenggiling tertunduk, "Itulah sebabnya aku kemari Pak Tupai. Aku tidak mempersiapkan bekal seperti engkau di musim panas dan enak-enakan tidur. Sekarang tidak ada makanan di luar sama sekali. Aku kelaparan. Bisakah engkau membagi sedikit milikmu?"
Pak Tupai yang baik hati merasa kasihan dan ia merasa bahwa perbekalannya cukup banyak untuk di makan berdua, maka ia memberikannya pada Pak Tenggiling sambil memintanya untuk tidak rakus.
Pak Tenggiling sangat berteima kasih dan menyesali perbuatannya. Di musim panas kemudian, ia terlihat sangat rajin mengumpulkan bekal musim dingin dan juga tidak lupa, membalas kebaikan Pak Tupai padanya dengan mengirim berkantung-kantung kenari.
Seluruh isi hutan memuji perbuatan Pak Tupai dan sangat gembira akan perubahan sikap Pak Tenggiling.