Ayah membelikanku sebuah sandal baru hadiah kenaikan kelas. Aku sangat senang dan ingin memamerkannya pada nenek.
Aku pun bersiap-siap dan segera berangkat ke rumah nenek dengan bersepeda.
Di perjalanan, tanpa sengaja aku melihat seorang anak tidak beralas kaki dan tampak kotor sekali. Aku teringat kata-kata ayah, bahwa kita harus selalu memakai alas kaki, agar terhindar dari kumat-kuman yang berbahaya.
Aku jadi kasihan pada anak tersebut. Tiba-tiba aku punya akal. Aku berikan bungkusan sandal baruku pada anak tersebut. Ia sangat gembira dan mengucapkan terima kasih.
Aku sangat lega dan kembali ke rumah.
Saat makan malam bersama, ayah bertanya kepadaku, "Ida, mana sandal barunya? Kenapa tidak dipakai?"
Aku menceritakan kejadian tersebut pada ayah, "Aku memberikannya pada seorang anak bertelanjang kaki di jalan Yah."
Ternyata ayah mau mengerti. Beliau berkata, "Itu adalah perbuatan yang sangat terpuji Ida."
Keesokan harinya, aku menemukan sepasang sandal baru yang sama dengan sepatu baru lain di sisinya di depan kamarku, terbungkus rapi. Aku jadi heran dan bertanya-tanya dari siapakah itu.
Aku menoleh pada ayah dan melihat ayah tersenyum, "Ida, itu adalah hadiah untukmu karena telah melakukan hal yang sangat terpuji. Ayah harap engkau tidak lupa akan kejadian ini."
Aku sangat gembira dan memeluk ayah sambil berkata, "Terima kasih Ayah. Aku akan menjadi anak baik selamanya."