Ketika
senja tiba
“Ayo
pulang,” kata ibu.
“Sudah
malam. Tidak baik berada di luar rumah,” demikian ibu selalu berkata.
Kali ini,
aku sudah dewasa, tidak ada lagi yang melarangku main di luar rumah saat senja
tiba.
Namun, hari
ini aku melihat sesuatu yang lain. Ya, seorang anak tetangga nampak bercakap-cakap
dengan seseorang yang tidak kukenal. Sebagai info, aku mengenal seluruh
penghuni desa ini.
Aku
penasaran. Tapi lamunanku segera dibuyarkan oleh panggilan ibu untuk
membantunya memasak di dapur.
Keesokan
harinya terdengar gaduh-gaduh di rumahku. Ibu berkata bahwa Nopi, anak tetangga
sebelah telah hilang, kemungkinan diculik.
Aku merasa
heran. Nopi adalah anak yang kutemui kemarin sore yang sedang bercakap-cakap
dengan seseorang asing.
Aku segera
mengatakannya kepada ibu dan ibu bertanya apakah aku sanggup mengingat wajah
orang tersebut dan aku pun mengiyakan.
Ibu
memanggil polisi dan polisi memintaku membuat sketsa.
Ternyata
polisi tersebut mengenal orang yang kugambarkan tersebut. Dia adalah kenalannya
dari desa sebelah.
Pak polisi
mendatangi rumah orang tersebut dan menginterogasinya. Dari info Pak Hendra,
orang asing tersebut, diketahui bahwa Nopi memang bermain di taman bermain
miliknya dan tidak mau pulang. Namun, setelah dipaksa, Nopi akhirnya beranjak
dari rumah Pak Hendra.
Akhirnya
Pak Polisi mencari Nopi di sekeliling rumah dan ternyata Nopi sedang asyik
tidur-tiduran di jerami dekat kandang kuda milik Pak Hendra.
Betapa
hebohnya kami dan langsung mencubit pipi Nopi yang tidak merasa bersalah
tersebut.